Baby blues syndrome adalah perubahan suasana hati seorang ibu setelah melahirkan. Kondisi ini wajar dan dialami oleh sebagian besar wanita pascapersalinan. Akan tetapi, jika dibiarkan, baby blues bisa berkembang menjadi depresi pascapersalinan.
Simak ulasan mengenai sindrom baby blues berikut ini, mulai dari gejala hingga cara menanganinya.
Apa Itu Baby Blues?
Sindrom Baby Blues adalah kondisi di mana seorang ibu mengalami suasana hati yang buruk dan gejala depresi ringan setelah melahirkan.
Seorang ibu yang mengalami baby blues umumnya merasakan perasaan sedih, selalu ingin menangis, cemas, hingga kesulitan tidur. Sindrom ini biasanya muncul setelah 2-3 hari pasca-persalinan. Kemudian akan menghilang dengan sendirinya setelah dua minggu pasca gejala muncul.
Gangguan psikologis ini umum terjadi pada ibu yang baru saja melahirkan. Menurut data WHO pada tahun 2014, angka kejadian sindrom baby blues mencapai 26-65%. Sementara prevalensi untuk Indonesia sendiri mencapai angka 50% sampai 70%. Artinya, dari 1000 kelahiran di Indonesia, terdapat 1-2 kasus baby blues.
Penyebab baby blues sebenarnya belum diketahui secara pasti. Namun, beberapa hal berikut diduga kuat menjadi penyebab utama dari sindrom ini.
- Perubahan hormonal secara ekstrem setelah melahirkan yang mana bisa mengakibatkan depresi.
- Rutinitas tidur yang terganggu setelah memiliki bayi. Kualitas tidur ibu sering terganggu setelah punya bayi karena harus bangun menyusui di malam hari.
- Ada banyak hal yang berubah di dalam hidup ibu yang baru saja melahirkan. Sehingga dapat memberikan tekanan mental dan sulitnya beradaptasi.
- Masih terbawa emosi dari pengalaman melahirkan. Terutama untuk ibu yang mengalami persalinan sulit.
Faktor Risiko
Berikut beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko wanita mengalami baby blues:
- Memiliki riwayat perubahan suasana hati saat siklus menstruasi
- Mengalami perubahan suasana hati saat masa kehamilan
- Punya riwayat depresi berat atau distimia
- Ada keluarga yang memiliki riwayat depresi pasca-persalinan.
Tanda dan Gejala
Tanda atau ciri-ciri baby blues pada ibu setelah melahirkan memiliki beberapa variasi. Hal ini dibedakan dari tahap ringan (baby blues) hingga ke tahap berat (psikosis pasca-persalinan). Berikut ini gejala dari baby blues syndrome, depresi pasca-persalinan, dan psikosis pasca-persalinan.
1. Gejala Baby Blues
Gejala dari baby blues hanya berlangsung dalam beberapa hari setelah bayi lahir. Kemudian menghilang dengan sendirinya setelah dua minggu. Gejala dari baby blues meliputi:
- Perubahan suasana hati
- Kecemasan
- Lebih mudah marah
- Sering merasa sedih
- Tiba-tiba menangis
- Sulit berkonsentrasi
- Kurang nafsu makan
- Sulit tidur.
2, Gejala Depresi Pasca-Persalinan
Depresi pasca-persalinan dan baby blues sebenarnya dua hal yang berbeda. Namun, memiliki gejala yang hampir sama sehingga sering disalahartikan.
Padahal, gejala depresi pasca-persalinan lebih intens dan dapat mengganggu ibu dalam merawat bayi. Apabila gejala baby blues tidak berakhir dalam 2 minggu, maka ibu akan memasuki masa depresi pasca persalinan.
Berikut tanda atau gejala depresi pasca-persalinan yang perlu diperhatikan.
- Mengalami perubahan suasana hati yang ekstrem
- Terlalu banyak menangis
- Kesulitan menjalin ikatan dengan si kecil
- Adanya tingkah laku menarik diri dari keluarga atau teman
- Mengalami masalah pada pola makan. Bisa lebih banyak makan atau kurang nafsu makan
- Mengalami gangguan tidur, baik kesulitan tidur atau insomnia dan tidur terlalu banyak
- Selalu merasa lelah atau kehilangan energi
- Sering memiliki emosi marah yang intens
- Memiliki perasaan takut tidak bisa menjadi ibu yang baik
- Kurang bisa konsentrasi dan mengambil keputusan
- Sering merasa gelisah
- Merasa cemas atau mengalami serangan panik
- Muncul sebuah pemikiran untuk menyakiti bayi dan diri sendiri
- Mempunyai pikiran untuk bunuh diri
3. Gejala Psikosis Pasca-Persalinan
Psikosis pasca-persalinan merupakan kondisi langka. Gangguan ini biasanya berkembang di minggu pertama setelah melahirkan. Gejalanya meliputi:
- Munculnya perasaan bingung atau tersesat
- Memiliki pikiran obsesif terhadap si kecil
- Berhalusinasi atau delusi
- Mengalami masalah tidur
- Sering merasa kesal tiba-tiba
- Paranoid
- Ada upaya untuk menyakiti bayi dan diri sendiri.
Baca Juga 8 Ciri-ciri Baby Blues dan Penanganannya
Diagnosis
Tidak ada tes khusus untuk mendiagnosis baby blues. Tenaga medis akan bertanya tentang perasaan yang dialami ibu pasca-persalinan, kemudian menanyakan riwayat kesehatan mental yang pernah dialami. Hal ini untuk membantu menentukan apakah pasien mengalami baby blues atau depresi pasca-persalinan.
Anda mungkin juga akan diminta untuk melakukan pemeriksaan depresi atau mengisi kuesioner. Selain itu, kemungkinan dokter juga akan meminta Anda melakukan tes darah. Sebab, depresi pasca-persalinan dapat menyebabkan gejala yang mirip dengan gangguan tiroid.
Perlu untuk Anda ingat, jika Anda perlu menceritakan kondisi, perasaan, serta gejala yang muncul secara terbuka. Sehingga penyedia kesehatan dapat membuat rencana perawatan yang sesuai dengan kondisi mental Anda. Pasalnya dokter sangat bergantung pada tanggapan Anda terhadap pertanyaan mereka untuk mendiagnosis baby blues.
Penanganan dan Pengobatan
1. Cara Menangani Sindrom Baby Blues
- Melakukan istirahat sebanyak yang Anda bisa
- Menerima bantuan dari keluarga atau teman untuk mengurus bayi atau pekerjaan rumah lainnya
- Melakukan sosialisasi dengan ibu baru lainnya
- Menciptakan waktu untuk me-time
- Menghindari konsumsi alkohol dan obat-obatan terlarang. Sebab, bisa memperburuk perubahan suasana hati.
- Melakukan konsultasi dengan tenaga medis tentang tips mengatasi baby blues.
- Menghindari merokok.
Bagaimana Membantu Istri yang Mengalami Baby Blues? Baca 3 Cara Membantu Istri Menghadapi Baby Blues
2. Cara Menangani Depresi Pasca-Persalinan
- Psikoterapi: Bila Anda melakukan konsultasi dengan ahli kesehatan mental, mereka akan menawarkan psikoterapi untuk pengobatan. Contoh psikoterapi yakni terapi perilaku kognitif (CBT) dan psikoterapi interpersonal.
- Antidepresan: Dokter atau psikiater Anda mungkin akan merekomendasikan obat antidepresan, seperti brexanolone (zulresso).
3. Cara Menangani Psikosis Pasca-Persalinan
- Obat: Penanganan psikosis pasca persalinan memerlukan kombinasi obat-obatan. Seperti antidepresan, antipsikotik, penstabil suasana hati, dan benzodiazepin. Hal ini untuk mengendalikan tanda dan gejala psikosis pasca-persalinan.
- Terapi Elektrokonvulsif (ECT): Apabila gejala psikosis pasca-persalinan Anda parah, dokter mungkin menyarankan untuk melakukan ECT. Ini adalah prosedur mengalirkan arus listrik kecil ke otak.
Komplikasi
Ibu yang didiagnosis mengalami baby blues kemungkinan besar memiliki risiko mengalami depresi pasca-persalinan. Dimana menurut sebuah penelitian di Afrika, ibu dengan baby blues memiliki risiko 12 kali lebih besar. Sementara ibu yang mengalami depresi pasca-persalinan memiliki risiko besar berubah menjadi bipolar di masa depan.
Apabila Anda merasakan kondisi serupa sindrom baby blues Anda bisa segera melakukan konsultasi dengan dokter. Kini Anda tidak perlu bingung lagi jika ingin melakukan konsultasi tentang baby blues syndrome. Sebab, telah ada telekonsultasi online dari Kavacare yang bisa Anda akses dengan mudah dari rumah.
Untuk melakukan konsultasi Anda bisa menghubungi Kavacare Support di 0811-1446-777. Tim medis kami akan membantu Anda memahami lebih dalam mengenai baby blues, depresi pasca-persalinan, dan psikosis pasca-persalinan.
Referensi:
- Mayo Clinic. 2022. Postpartum depression. Diakses pada 25 Februari 2024 dari https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/postpartum-depression/diagnosis-treatment/drc-20376623
- American Pregnancy Association. Baby Blues. Diakses pada 25 Februari 2024 dari https://americanpregnancy.org/healthy-pregnancy/first-year-of-life/baby-blues/
- NHS. 2022. Feeling depressed after childbirth. Diakses pada 25 Februari 2024 dari https://www.nhs.uk/conditions/baby/support-and-services/feeling-depressed-after-childbirth/
- Fields, Lisa. 2023. Is It Postpartum Depression or ‘Baby Blues’?. Diakses pada 25 Februari 2024 dari https://www.webmd.com/depression/postpartum-depression/postpartum-depression-baby-blues
- Putri, Galih. 2023. Baby Blues Syndrome. Diakses pada 5 Februari 2024 dari https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/2762/baby-blues-syndrome
- Balaram K, Marwaha R. Postpartum Blues. [Updated 2023 Mar 6]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK554546/
- NHS. 2022. Overview – Postnatal depression. Diakses pada 25 Februari 2024 dari https://www.nhs.uk/mental-health/conditions/post-natal-depression/overview/
- Cleveland Clinic. 2022. Postpartum Depression. Diakses pada 25 Februari 2024 dari https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/9312-postpartum-depression#diagnosis-and-tests
- NIH. Postpartum Blues. Diakses 21 Maret 2024. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK554546/