Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah akar dari berbagai penyakit serius, terutama penyakit jantung dan pembuluh darah. Obat darah tinggi yang dikonsumsi secara teratur bisa menjadi solusi untuk kondisi kronis ini, tapi tetap perlu upaya lain untuk mengontrol tekanan darah. Pengendalian tekanan darah penting untuk mencegah risiko masalah kesehatan yang membahayakan.
Apa Itu Tekanan Darah Tinggi?
Pembuluh darah kita ibarat slang atau pipa air. Darah yang mengalir di dalam pembuluh darah menimbulkan tekanan seperti aliran air di dalam slang atau pipa. Tekanan terhadap dinding pembuluh darah dapat diukur kekuatannya dengan mengacu pada detak jantung.
Setiap detak jantung menandakan kerja jantung memompa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah tinggi alias hipertensi terjadi ketika kekuatan tekanan darah itu naik terlalu tinggi di atas kisaran normal.
Pada dasarnya, tekanan darah kita bisa naik dan turun sepanjang hari. Aktivitas seperti olahraga dan tidur, juga stres, mempengaruhi tekanan darah. Tapi, ketika tekanan darah konsisten berada di atas batas normal setiap hari, kita wajib meningkatkan kewaspadaan dan mencari tahu apa penyebabnya. Sebab, hipertensi adalah penyebab utama serangan jantung, stroke, dan penyakit ginjal.
Tekanan darah diukur dengan dua angka di atas dan bawah, dipisahkan dengan garis miring. Angka atas mengacu pada tekanan sistolik, yakni tekanan darah saat jantung berdetak. Sedangkan angka bawah adalah tekanan diastolic, yaitu tekanan darah saat jantung beristirahat di antara detak. Tekanan darah normal untuk orang berusia 18 tahun ke atas adalah di bawah 120-129/80-84. Secara umum, tekanan darah yang terus terbaca 140/90 dikategorikan tinggi.
Menurut European Society of Hypertension-European Society of Cardiology, tekanan darah bisa diklasifikasikan sebagai berikut:
Kategori | Tekanan Sistolik | Tekanan Diastolik | |
Optimal | < 120 | dan/atau | < 80 |
Normal | 120 – 129 | dan/atau | 80 – 84 |
Normal Tinggi | 130 – 139 | dan/atau | 85 – 89 |
Hipertensi Tingkat 1 | 140 – 159 | dan/atau | 90 – 99 |
Hipertensi Tingkat 2 | 160 – 179 | dan/atau | 100 – 109 |
Hipertensi Tingkat 3 | ≥ 180 | dan/atau | ≥ 110 |
Hipertensi sistolik terisolasi | ≥ 140 | dan/atau | < 90 |
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi bisa dibagi menjadi hipertensi primer (esensial) dan sekunder. Hipertensi primer terjadi dalam proses bertahap selama bertahun-tahun tanpa diketahui penyebabnya. Sedangkan hipertensi sekunder terjadi karena pengaruh kondisi kesehatan dan bisa disembuhkan setelah pengaruh tersebut diatasi.
Ketika tekanan darah menanjak secara mendadak, bisa terjadi krisis hipertensi. Krisis hipertensi terdiri atas:
- Hipertensi emergensi: tekanan sistolik atau tekanan diastolik masing-masing lebih dari 180 atau 120 dan berkaitan dengan kerusakan organ akut
- Hipertensi urgensi: kenaikan tekanan darah sama dengan hipertensi emergensi, tapi tanpa kerusakan organ akut
Penanganan untuk tiap jenis hipertensi itu berbeda-beda sesuai dengan kondisi pasien dan dampak yang diakibatkan serta risiko yang bisa terjadi di masa depan.
Kenapa Kita Bisa Terkena Penyakit Tekanan Darah Tinggi?
Hipertensi bisa muncul karena beragam hal atau justru tak bisa teridentifikasi dengan jelas. Butuh pemeriksaan oleh dokter untuk menyimpulkan penyebabnya. Faktor yang berpengaruh antara lain makanan, obat-obatan, gaya hidup, usia, genetik, dan penyakit lain yang diderita. Rinciannya:
- Terlalu banyak kandungan garam, lemak, dan/ kolesterol dalam makanan dan minuman yang dikonsumsi tiap hari
- Kurang beraktivitas/berolahraga
- Usia tua (makin bertambah usia, makin bertambah kemungkinan tekanan darah tinggi)
- Kelebihan berat badan
- Orang tua atau saudara juga mengidap tekanan darah tinggi
- Obat-obatan tertentu yang menimbulkan efek samping menaikkan tekanan darah
- Tidak dapat mengendalikan stres
- Mengidap penyakit kronis dan masalah kesehatan seperti diabetes, gangguan hormon, serta kadar kolesterol tinggi
- Terbiasa merokok dan minum minuman beralkohol
Apa yang Harus Dilakukan untuk Pencegahan?
Sekali terkena hipertensi, sulit untuk menurunkannya ke level semula. Maka penting sekali bagi kita untuk berupaya mencegahnya semaksimal mungkin. Cara pencegahan yang paling utama adalah mempraktikkan gaya hidup sehat, misalnya:
- Kurangi konsumsi garam atau sodium. Cek label nutrisi dalam makanan kemasan untuk mengecek berapa kandungan sodiumnya. Orang dewasa yang sehat mesti memngonsumsi kurang dari 2 gram sodium (kurang-lebih satu sendok the garam) tiap hari,
- Makan makanan gizi seimbang terutama dari buah dan sayuran serta makanan sehat lain, seperti produk berbahan gandum utuh, ikan, kacang-kacangan, dan daging rendah lemak. Hindari konsumsi makanan yang kaya garam, gula, dan minyak secara berlebihan.
- Aktif berkegiatan dan hindari duduk terlalu lama. Orang dewasa setidaknya harus melakukan aktivitas fisik berintensitas sedang 150 menit atau berintensitas berat 75 menit sepanjang pekan.
- Jaga berat badan optimal dengan mengacu pada indeks massa tubuh. Gunakan kalkulator indeks massa tubuh yang banyak tersedia di aplikasi ponsel pintar atau di Internet untuk memantau berat badan secara teratur.
- Hindari rokok karena rokok mengandung berbagai zat berbahaya yang memicu banyak masalah kesehatan.
- Batasi minuman beralkohol atau berhenti sama sekali.
- Kendalikan stres dengan strategi yang dianggap nyaman. Misalnya melakukan yoga, curhat kepada keluarga dan sahabat, atau langsung mencari pertolongan dari psikolog yang berpengalaman.
- Istirahat yang cukup selama 7-8 jam per hari.
Apa yang Harus Dilakukan untuk Pengobatan?
Tekanan darah tinggi bisa dikendalikan lewat konsumsi obat-obatan secara teratur. Ada banyak jenis obat hipertensi. Anda mesti mendapatkan obat yang tepat sesuai dengan resep dokter. Bila salah obat, justru ada risiko besar terhadap kesehatan. Untuk itu, Anda perlu menjalani pemeriksaan dulu oleh dokter.
Dokter akan mengecek kondisi pasien secara keseluruhan untuk menegakkan diagnosis dan meresepkan obat penurun tekanan darah. Ada sejumlah jenis obat yang bisa digunakan, misalnya:
- Diuretik: meningkatkan urine yang keluar sehingga sodium dan cairan dalam tubuh banyak berkurang dan menurunkan tekanan darah.
- Beta-blocker: mengurangi laju detak jantung, kekuatan pemompaan jantung, serta volume darah
- ACE inhibitor: menghambat produksi hormon yang bisa menyebabkan penyempitan pembuluh darah
- Penghambat saluran kalsium: mengendurkan pembuluh darah
- Alpha-blocker: melebarkan pembuluh darah
- Vasodilator: mengendurkan otot dinding pembuluh darah, biasanya hanya untuk hipertensi parah
Berbagai Macam Obat Darah Tinggi, Mana yang Perlu Dipilih?
Pemilihan obat darah tinggi bergantung pada sejumlah faktor. Kondisi kesehatan pasien secara umum sudah pasti menjadi hal yang harus diperhatikan. Usia pasien juga menentukan kesesuaian obat. Demikian juga sensitivitas pasien itu terhadap kandungan obat tertentu.
Misalnya seorang pasien hipertensi juga menderita asma. Maka dokter tak akan meresepkan obat darah tinggi yang punya dampak berbahaya terhadap sistem pernapasan. Atau pasien darah tinggi sering mengalami konstipasi, yang lazim terjadi di kalangan lansia, maka dokter akan menghindari obat tertentu yang dapat menghambat fungsi normal usus.
Jangan pernah membeli obat hipertensi sendiri bila tidak merasa yakin akan keamanan dan kemanjurannya. Ikuti saja petunjuk dokter yang didasari hasil pemeriksaan. Sebab, kondisi hipertensi antara satu individu dan individu lain tidak sama sehingga obat yang dibutuhkan pun berbeda.
Kapan Perlu Kontrol ke Tenaga Medis?
Tekanan darah tinggi sebaiknya segera dikonsultasikan ke dokter untuk mendapat kepastian diagnosis. Dari konsultasi yang diikuti dengan pemeriksaan, pasien pun dapat mengetahui cara mengendalikan tekanan darah seturut anjuran medis. Masalahnya, sering kali pasien tidak sadar tekanan darahnya tinggi sampai muncul gejala yang berkaitan, seperti pusing, pandangan kabur, hingga pingsan.
Karena itu, sebaiknya sediakan tensimeter atau alat pengukur tekanan darah di rumah untuk memantau tekanan darah. Khususnya bila Anda termasuk berisiko memiliki hipertensi. Jika dua hari berturut-turut tekanan darah Anda di atas batas normal, ada baiknya datangi rumah sakit untuk memeriksakan diri.
Apakah yang Bisa Dilakukan untuk Hidup Sehat dengan Tekanan Darah Tinggi
Jika Anda didiagnosis menderita hipertensi, perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat adalah kewajiban. Mulailah dari hal yang sederhana, seperti banyak makan sayuran dan buah serta rutin berolahraga jalan santai tiap pagi jika sebelumnya sama sekali tak pernah berolahraga. Bahkan aktivitas biasa seperti memilih berjalan ke minimarket di dekat rumah alih-alih menggunakan sepeda motor sudah baik untuk kesehatan.
Selain itu, hindari hal-hal yang bisa memicu peningkatan kerja jantung yang dapat berakibat kenaikan tekanan darah, terutama stres dan emosi. Sesi terapi untuk mengendalikan amarah serta olahraga mental seperti yoga dan tai chi bisa menjadi solusi.
Ikuti arahan dokter tentang bagaimana mengendalikan hipertensi lewat gaya hidup sehat. Jangan lupa juga konsumsi obat secara teratur sesuai dengan resep. Pantau tekanan darah tiap hari secara berkala untuk memastikan keberhasilan pengobatan. Konsultasikan dengan dokter jika merasa kesulitan mengendalikan tekanan darah tinggi yang dialami. Jika Anda membutuhkan telekonsultasi dokter atau pengambilan sampel pemeriksaan laboratorium dari rumah serta pelayanan homecare lainnya, hubungi Kavacare Support melalui WA di WA 0811 – 1446 – 777.
Sumber:
High Blood Pressure and Older Adults. https://www.nia.nih.gov/health/high-blood-pressure-and-older-adults. Diakses 8 Maret 2022
Changes You Can Make to Manage High Blood Pressure. https://www.heart.org/en/health-topics/high-blood-pressure/changes-you-can-make-to-manage-high-blood-pressure. Diakses 8 Maret 2022
Types of Blood Pressure Medications. https://www.heart.org/en/health-topics/high-blood-pressure/changes-you-can-make-to-manage-high-blood-pressure/types-of-blood-pressure-medications. Diakses 8 Maret 2022
Prevent High Blood Pressure. https://www.cdc.gov/bloodpressure/prevent.htm. Diakses 8 Maret 2022
High Blood Pressure. https://www.heart.org/en/health-topics/high-blood-pressure. Diakses 8 Maret 2022