Deteksi Dini Kanker Ovarium: Cara Mencegah dan Mengobati Sebelum Terlambat

Deteksi Dini Kanker Ovarium: Cara Mencegah dan Mengobati Sebelum Terlambat

Share

Kanker ovarium adalah salah satu jenis kanker yang terjadi pada ovarium, yaitu organ reproduksi wanita yang berfungsi menghasilkan telur dan hormon. Kanker ini sering kali sulit dideteksi pada tahap awal karena gejalanya yang tidak spesifik, seperti kembung, nyeri perut, dan perubahan pola buang air kecil. Sebagian besar kasus kanker ovarium ditemukan pada wanita yang telah memasuki usia menopause, meskipun wanita yang lebih muda juga dapat terpengaruh. kanker ovarium sering kali tidak terdeteksi pada tahap awal, banyak kasus baru ditemukan pada stadium lanjut, yang membuat pengobatannya lebih kompleks.

Gejala Awal Kanker Ovarium

Kanker ovarium seringkali disebut “silent killer” karena gejala awalnya yang seringkali tidak spesifik dan mudah terabaikan. Namun, penting bagi setiap wanita untuk mengenali tanda-tanda awal kanker ini agar dapat mendeteksi penyakit ini sedini mungkin.

  • Perut kembung, atau perasaan perut penuh dan membesar meskipun tidak banyak makan.
  • Nyeri panggul yang tidak nyaman atau nyeri di area panggul.
  • Sering buang air kecil daripada biasanya.
  • Konstipasi atau susah buang air besar.
  • Mual dan muntah yang terjadi tanpa sebab yang jelas.
  • Perdarahan di antara siklus menstruasi, termasuk perdarahan setelah menopause.
  • Cepat merasa kenyang Perasaan kenyang setelah makan sedikit.

Baca juga: Terapi Proton Kanker: Prosedur dan Estimasi Biaya [2024]

Penyebab Kanker Ovarium

Pertumbuhan sel yang tidak terkendali pada ovarium menjadi ciri khas kanker ovarium. Meskipun penyebab pastinya masih menjadi misteri, beberapa faktor dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya penyakit ini, antara lain:

1. Usia

Risiko terjadinya kanker ini akan meningkat seiring bertambahnya usia, terutama setelah menopause. Hal ini disebabkan oleh perubahan hormonal yang terjadi seiring bertambahnya usia, yang dapat mempengaruhi pertumbuhan sel ovarium dan meningkatkan kemungkinan terjadinya kanker.

2. Riwayat Keluarga

Memiliki anggota keluarga dekat, seperti ibu atau saudara perempuan, yang pernah didiagnosis kanker ovarium meningkatkan risiko karena ada kemungkinan peran faktor genetik atau herediter. Genetik yang diwariskan dari keluarga dapat membawa mutasi tertentu yang meningkatkan kecenderungan seseorang untuk mengembangkan kanker ovarium.

3. Mutasi Gen

Mutasi pada gen BRCA1 dan BRCA2 secara signifikan meningkatkan risiko terjadinya kanker ovarium. Gen-gen ini berfungsi untuk memperbaiki kerusakan DNA, dan ketika mereka bermutasi, kemampuan tubuh untuk mencegah pertumbuhan sel kanker menjadi lebih terbatas, sehingga meningkatkan peluang kanker berkembang.

4. Terlambat Menopause

Menopause setelah usia 55 tahun dapat menjadi faktor risiko kanker ovarium. Terlambatnya menopause berarti tubuh wanita terpapar hormon estrogen lebih lama, yang dapat merangsang pertumbuhan sel ovarium dan meningkatkan risiko kanker.


5. Terapi Hormon

Walaupun digunakan untuk alasan medis, penggunaan terapi hormon jangka panjang dapat meningkatkan risiko kanker ovarium. Terapi hormon, terutama yang mengandung estrogen, dapat merangsang pertumbuhan sel-sel di ovarium dan meningkatkan kemungkinan berkembangnya kanker.

 

6. Endometriosis

kondisi di mana jaringan yang melapisi rahim tumbuh di luar rahim, biasanya di ovarium. Keberadaan jaringan endometrium di luar rahim ini dapat menyebabkan peradangan kronis yang meningkatkan risiko terbentuknya sel kanker pada ovarium.


7. Obesitas

Berat badan berlebih atau obesitas dapat meningkatkan risiko beberapa jenis kanker, termasuk kanker ovarium. Kondisi ini sering dikaitkan dengan peningkatan kadar estrogen dalam tubuh, yang dapat mempengaruhi perkembangan sel-sel ovarium dan meningkatkan kemungkinan kanker.

Cara Mencegah Kanker Ovarium

Untuk mencegah kanker ovarium, ada beberapa langkah yang dapat Anda ambil untuk mengurangi risiko. Berikut beberapa di antaranya:

1. Membiasakan Gaya Hidup Sehat

  • Diet seimbang: Konsumsi makanan kaya serat, buah-buahan, dan sayuran. Batasi konsumsi makanan olahan dan lemak jenuh.
  • Aktivitas fisik: Lakukan olahraga secara teratur untuk menjaga berat badan ideal.
  • Kelola stres: Stres kronis dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh. Cari cara untuk mengelola stres, seperti yoga, meditasi, atau hobi. 

2. Pemeriksaan Kesehatan Rutin

Melakukan pemeriksaan kesehatan dapat menurunkan resiko kanker ovarium. Pap smear adalah metode untuk mendeteksi kanker serviks, namun pemeriksaan ginekologi secara rutin dapat membantu mendeteksi perubahan pada organ reproduksi lainnya, termasuk ovarium. Pemeriksaan USG dapat membantu mendeteksi adanya anomali atau perubahan pada ovarium.

3. Konsultasi dengan Kavacare

Kavacare akan melayani Anda jika ingin konsultasi terkait kanker ovarium. Jika Anda memiliki riwayat keluarga dengan kanker ovarium, terutama pada ibu atau saudara perempuan, konsultasikan dengan dokter genetik. Mereka dapat memberikan saran tes genetik untuk mengetahui apakah Anda memiliki risiko lebih tinggi.

Bagi mereka yang memiliki risiko tinggi, dokter mungkin akan menyarankan langkah-langkah pencegahan seperti pengangkatan ovarium (salpingo-oophorectomy) sebelum menopause.

Baca juga: Apa Saja 9 Pengobatan Kanker yang Ada?

Pengobatan Kanker Ovarium

Pengobatan kanker ovarium sangat bergantung pada stadium kanker, jenis sel kanker, dan kondisi kesehatan umum pasien. Oleh karena itu, penting untuk melakukan konsultasi dengan dokter. Tujuan utama pengobatan adalah untuk menghilangkan sel kanker serta meningkatkan kualitas hidup pasien.

1. Operasi Pengangkatan Tumor

Pada stadium awal, operasi mungkin hanya melibatkan pengangkatan tumor. Namun pada stadium lanjut, dokter akan mempertimbangkan operasi pengangkatan kedua ovarium, tuba falopi, rahim, dan jaringan di sekitarnya untuk menghilangkan sel kanker yang telah menyebar.

2. Kemoterapi

Perawatan Kemoterapi akan dilakukan untuk mengecilkan ukuran tumor sehingga lebih mudah diangkat, kemudian membunuh sisa-sisa sel kanker pada ovarium. Karboplatin adalah obat kemoterapi yang sering digunakan untuk mengobati kanker ovarium. Ini bekerja dengan menghambat kemampuan sel kanker untuk memperbanyak diri dan berkembang.

Sebagai bagian dari pengobatan kanker ovarium keseluruhan, kemoterapi tetap dilakukan untuk membunuh sel kanker yang telah menyebar ke bagian tubuh lainnya.

3. Radioterapi

Perawatan radioterapi bertujuan untuk mengecilkan tumor dan membunuh sel kanker yang masih tersisa pada ovarium. External Beam Radiation Therapy (radiasi eksternal) adalah jenis radioterapi umum yang sering digunakan, sedangkan Brachytherapy (terapi radiasi internal) adalah metode radiasi yang lebih jarang digunakan untuk kanker ovarium. Dalam prosedur ini, sumber radiasi dimasukkan langsung ke dalam tubuh, dekat dengan tumor atau di lokasi tumor yang telah diangkat.

4. Terapi Target

Dokter akan meresepkan obat-obatan yang secara khusus menargetkan sel kanker dan membunuhnya. Avastin, lynparza, rubraca, niraparib, recentin adalah obat terapi target yang paling umum digunakan. 

Baca juga: Pengobatan Terapi Target dan Imunoterapi di Bangkok Hospital Wattanosoth

Jika Anda mengalami gejala kanker ovarium, segera konsultasikan masalah Anda dengan dokter ahli. Kavacare dapat membantu Anda mendapatkan janji temu dengan dokter di rumah sakit terbaik. Hubungi Kavacare Support di nomor WhatsApp 0811 1446 777

Sumber:

  1. Ovarian Cancer. https://www.glowm.com/pdf/Chap-28_Mbatani.pdf Diakses pada 17 November 2024.
  2. Main Causes of Ovarian Cancer – NHS. https://www.nhs.uk/conditions/ovarian-cancer/causes/ Diakses pada 17 November 2024.
  3. Signs and Symptoms of Ovarian Cancer – American Cancer Society. https://www.cancer.org/cancer/types/ovarian-cancer/detection-diagnosis-staging/signs-and-symptoms.html Diakses pada 17 NoveSigns and Symptoms of Ovarian Cancermber 2024.
  4. Harsono AB. Kanker Ovarium : “The Silent Killer.” Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science. 2020;3(1):1-6. Diakses pada 17 November 2024.

 

Avatar
Reviewed by:
Ditinjau oleh:

Dr. Eddy Wiria, PhD

Co-Founder & CEO Kavacare