Apa Saja Gangguan Penyakit Sistem Saraf dan Bagaimana Prosedur Bedah Saraf Dilakukan?

Apa Saja Gangguan Penyakit Sistem Saraf dan Bagaimana Prosedur Bedah Saraf Dilakukan?

Share

Bedah saraf adalah bidang spesialisasi medis dan bedah yang berfokus pada pembedahan untuk mengatasi masalah yang terjadi pada sistem saraf mulai dari otak hingga ke saraf perifer. Sistem saraf sendiri mencakup otak, tulang belakang, dan jaringan saraf yang tersebar di seluruh tubuh. Dokter spesialis bedah saraf bertugas menangani berbagai gangguan yang memengaruhi fungsi sistem ini, mulai dari cedera traumatis hingga tumor otak dan tumor tulang belakang.

Bedah saraf tidak hanya mencakup prosedur operasi besar atau terbuka, tetapi saat ini semakan banyak operasi yang menggunakan tindakan minimal invasif dengan bantuan teknologi canggih seperti navigasi neuron, endoskopi, dan robotik. Hal ini memungkinkan dokter untuk melakukan operasi dengan risiko lebih minimal dan waktu pemulihan yang lebih cepat serta bisa menangani tumor atau kerusakan yang lokasinya sulit disembuhkan dengan operasi besar dan konvesional.

Penyakit Apa Saja yang Membutuhkan Keahlian dari Spesialis Bedah Saraf?

Ada berbagai penyakit dan kondisi medis yang memerlukan intervensi bedah saraf, di antaranya: 

1. Tumor Otak dan Tulang Belakang 

Tumor yang tumbuh di otak atau tulang belakang dapat bersifat jinak atau ganas. Kedua jenis tumor ini dapat mengganggu fungsi sistem saraf dengan menekan jaringan di sekitarnya, menghambat aliran cairan, serebrospinal atau merusak struktur saraf. Penanganan bedah dilakukan untuk mengangkat tumor, mengurangi tekanan pada jaringan saraf, dan memulihkan fungsi neurologis pasien. Prosedur ini sering melibatkan teknologi pencitraan seperti MRI intraoperatif, C-Arm atau perangkat lain untuk meningkatkan presisi. Metode seperti terapi Proton, Gamma Knife atau Radiosurgery juga bisa menunjang bedah saraf tumor otak dan tulang belakang.

2. Cedera Kepala atau Tulang Belakang 

Cedera yang melibatkan otak atau tulang belakang seperti akibat kecelakaan lalu lintas atau jatuh, dapat menyebabkan komplikasi serius seperti seperti hematoma, patah tulang, atau cedera medula spinalis. Operasi dilakukan untuk stabilisasi tulang, menghilangkan tekanan pada jaringan saraf, atau memperbaiki kerusakan. Waktu operasi yang dilakukan secara cepat dan tepat adalah faktor krusial untuk mencegah komplikasi permanen seperti kelumpuhan. 

Baca juga: Mengenal Tumor Tulang: Jenis – Jenis, Gejala, Penyebab dan Cara Pencegahan

3. Aneurisma dan Malformasi Pembuluh Darah 

Aneurisma adalah pelebaran abnormal pada pembuluh darah yang berisiko pecah, sementara malformasi arteriovenosa (AVM) adalah kondisi bawaan yang melibatkan hubungan abnormal antara arteri dan vena. Keduanya dapat menyebabkan perdarahan fatal jika tidak diatasi. Seringkali penemuannya terjadi tidak sengaja. Pecahnya pembuluh darah karena aneurisma dan AVM bisa terjadi mendadak dan fatal, yang kalaupun pulih, seringkali menyebabkan gejala sisa yang berat. Bila diterapi sebelum pecah, dapat meningkatkan harapan hidup dan kualitas hidup.

4. Hernia Nukleus Pulposus (HNP)

HNP terjadi ketika cakram tulang belakang mengalami penonjolan atau pecah, sehingga menekan saraf sekitarnya. Ini menyebabkan nyeri yang parah, mati rasa, atau kelemahan otot. Operasi disarankan jika gejala tidak mereda dengan terapi konservatif seperti fisioterapi atau obat-obatan. Tujuan operasi bisa untuk melakukan dekompresi atau menurunkan tekanan, atau juga melakukan penggantian cakram untuk mencegah keluhan berulang di kemudian hari.

5. Epilepsi yang Resisten terhadap Obat

Pada kasus epilepsi yang tidak merespons pengobatan, operasi bedah saraf dapat menjadi solusi untuk mengidentifikasi dan menghilangkan area otak yang menjadi sumber kejang. Ini sering melibatkan pemetaan otak secara detail menggunakan teknologi seperti EEG dan MRI fungsional. Di berbagai rumah sakit di negara maju, semakin banyak metode yang dapat digunakan untuk terapi epilepsi sehingga kekambuhan bisa dicegah.

6. Infeksi pada Sistem Saraf

Infeksi seperti abses otak atau spondilitis (infeksi pada tulang belakang) dapat merusak jaringan saraf jika tidak segera diatasi. Operasi dilakukan untuk mengeluarkan nanah, memperbaiki kerusakan, dan membersihkan area yang terinfeksi. Pasien biasanya membutuhkan perawatan tambahan seperti terapi antibiotik jangka panjang.

7. Gangguan Degeneratif Tulang Belakang

Kondisi seperti stenosis spinal (penyempitan kanal tulang belakang) atau spondilolistesis (pergeseran vertebra) menyebabkan nyeri kronis, kesulitan bergerak, dan masalah neurologis. Bedah saraf dilakukan untuk mendekompresi saraf yang terjepit dan menstabilkan tulang belakang menggunakan implan atau teknik fusi tulang.

Apa Risiko dan Keuntungan dari Operasi Bedah Saraf?

Bedah saraf, seperti halnya tindakan medis lainnya, memiliki risiko dan keuntungan yang perlu dipertimbangkan secara matang.

Tabel Manfaat dan Risiko Pasca Operasi Bedah Saraf

Kategori  Manfaat  Risiko 
Penyembuhan Mengatasi penyebab utama penyakit. Infeksi atau peradangan pada area operasi.
Pemulihan Memulihkan fungsi sistem saraf. Perdarahan atau pembentukan bekuan darah.
Pengurangan Gejala Mengurangi nyeri kronis atau kejang. Komplikasi akibat anestesi atau obat-obatan.
Kualitas hidup Meningkatkan kemampuan aktivitas sehari-hari. Kerusakan jaringan saraf yang dapat bersifat permanen.
Keamanan Tambahan Mengurangi komplikasi lebih lanjut. Waktu pemulihan yang mungkin agak lama.

Langkah-Langkah Pemulihan Pasca Operasi Bedah Saraf 

1. Ikuti Instruksi Dokter 

  • Pastikan untuk mematuhi semua arahan dokter, termasuk jadwal kontrol dan konsumsi obat tepat waktu, dan pembatasan aktivitas sesuai anjuran. 
  • Arahan dokter dapat mencakup penggunaan alat bantu medis jika diperlukan, seperti penyangga leher atau panggul dan punggung. 

2. Lakukan Terapi Fisik 

  • Terapi fisik bertujuan untuk memperkuat otot, memulihkan fleksibilitas, dan mengembalikan kemampuan fungsi tubuh yang terganggu. 
  • Latihan biasanya melibatkan gerakan ringan yang disesuaikan dengan kondisi pasien untuk menghindari stres berlebih pada area yang dioperasi.

3. Konsumsi Nutrisi yang Tepat 

  • Nutrisi yang kaya protein, vitamin C, dan zinc sangat penting untuk mempercepat penyembuhan luka. 
  • Konsumsi makanan seperti ikan, ayam, sayuran hijau, dan buah-buahan yang kaya antioksidan dapat mendukung regenerasi jaringan. 

Baca juga: Vitamin C: Manfaat, Dosis, dan Sumber Terbaik

4. Hindari Aktivitas Berat 

  • Aktivitas berat seperti mengangkat beban, berlari, atau membungkuk secara tiba-tiba harus dihindari hingga dokter menyatakan aman. 
  • Beristirahat yang cukup juga membantu tubuh memperbaiki jaringan yang rusak pasca operasi. 

5. Perhatikan Gejala yang Tidak Normal 

  • Waspadai tanda-tanda komplikasi seperti demam tinggi, nyeri yang semakin parah, kemerahan, atau pembengkakan di area operasi. 
  • Segera konsultasikan ke dokter jika mengalami gejala tersebut untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. 

Baca juga: Dr. Lee Hock Keong: Top Dokter Spesialis Bedah Saraf di Island Hospital

Dengan pemahaman yang baik tentang bedah saraf, masyarakat dapat lebih siap menghadapi kondisi medis yang memerlukan intervensi ini. Konsultasikan kebutuhan kesehatan Anda dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang terbaik. 

Jika Anda sedang mengalami penyakit yang membutuhkan bedah saraf, Kavacare dapat memberikan rekomendasi dokter spesialis saraf di rumah sakit terbaik, di Indonesia atau juga di berbagai negara top seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Korea dan India. Untuk informasi lebih lanjut, hubungi Kavacare Support di nomor WhatsApp 0811-1446-777.

Sumber: 

  1. Neurosurgery – Cleve and Clinic. https://my.clevelandclinic.org/florida/medical-professionals/education/medical-student-education/neurosurgery-rotation. Diakses pada 21 Januari 2025. 
  2. What Is a Neurosurgeon? – WebMd. https://www.webmd.com/a-to-z-guides/what-is-neurosurgeon. Diakses pada 21 Januari 2025.
Avatar
Reviewed by:
Ditinjau oleh:

Dr. Eddy Wiria, PhD

Co-Founder & CEO Kavacare