Batu amandel merupakan salah satu penyakit yang menyerang bagian amandel Anda. Meski menimbulkan rasa tidak nyaman, penyakit ini seringkali dianggap remeh hingga menjadi gejala serius yang dapat mengganggu aktivitas. Proses penyembuhan batu amandel dapat menggunakan obat kumur maupun obat minum, hingga tindakan operasi pengangkatan apabila sudah sangat mengganggu kondisi kesehatan penderitanya.
Kavacare telah merangkum informasi seputar batu amandel, mulai dari penyebab hingga gejala yang ada. Untuk info lebih lengkap, simak penjelasan berikut ini.
Apa Itu Batu Amandel?
Batu amandel atau dengan nama lain tonsilloliths, adalah suatu benjolan berukuran kecil yang terbentuk pada amandel. Munculnya batu ini dapat menyebabkan bau mulut, meski umumnya tidak menyakitkan atau berbahaya. Penyembuhannya dapat menggunakan obat-obatan dokter maupun dengan cara mandiri di rumah. Namun dalam beberapa kasus, dibutuhkan tindakan operasi untuk penyembuhan.
Penyakit ini dapat diakibatkan oleh peradangan pada dua bantalan jaringan berbentuk oval, di bagian belakang tenggorokan – dengan satu amandel di setiap sisi. Gejala yang umum muncul seperti muncul bengkak, kesulitan menelan, sakit tenggorokan, hingga kelenjar getah bening yang terasa lunak di sisi leher Anda.
Baca Juga: 5 Penyebab Amandel Bengkak
Gejala Batu Amandel
Dalam beberapa kasus, munculnya penyakit ini tidak disertai dengan gejala atau tanda-tanda tertentu. Namun, gejala yang mungkin muncul antara lain:
- Batuk
- Sakit telinga
- Sakit tenggorokan
- Rasa tidak nyaman di mulut
- Bau mulut (halitosis)
- Amandel merah dan bengkak
- Sulit menelan
- Pembesaran kelenjar lunak (kelenjar getah bening) di leher
- Muncul lapisan kuning atau putih pada amandel
- Suara serak
- Sakit perut
- Sakit kepala
- Nyeri leher atau leher kaku
- Demam
- Infeksi tenggorokan yang tidak dapat disembuhkan dengan antibiotik
- Nyeri belakang telinga
Penyebab dan Faktor Risiko Batu Amandel
Umumnya, batu amandel diakibatkan oleh infeksi virus, infeksi bakteri, dan infeksi jamur juga dapat menjadi salah satu penyebabnya. Infeksi bakteri menjadi penyebab paling umum menyebabkan radang amandel yakni Streptococcus pyogenes (group A streptococcus), atau bakteri yang menyebabkan radang tenggorokan.
Amandel merupakan garis pertahanan pertama dalam sistem kekebalan terhadap bakteri serta virus yang masuk ke mulut Anda. Oleh karena itu hal ini dapat membuat amandel sangat rentan dengan infeksi dan peradangan. Namun, fungsi sistem kekebalan amandel akan menurun setelah mengalami pubertas – faktor yang menjelaskan kasus radang amandel sangat jarang terjadi pada orang dewasa.
Di sisi lain, ada beberapa faktor risiko yang membuat Anda rentan terhadap penyakit ini, yakni:
1. Berusia di Bawah 20 Tahun
Batu amandel sering terjadi pada anak-anak dan penyebabnya adalah infeksi akibat bakteri. Usia yang rentan terkena radang amandel antara 5 hingga 15 tahun. Selain itu kebiasaan pada anak-anak dan remaja juga menyebabkan tingginya risiko mereka mengalami batu tonsil. Hal ini karena paparan kuman yang terjadi saat anak beraktivitas di sekolah maupun di lingkungan bermain.
2. Sering Terpapar Kuman
Faktor risiko lainnya adalah sering terpapar kuman. Anak usia sekolah sangat rentan dengan batu amandel seiring interaksi kuat dengan teman sebaya dan sering terpapar virus ataupun bakteri. Orang dewasa dengan daya tahan tubuh rendah juga dapat menderita penyakit ini apabila sering terpapar kuman atau virus dalam jangka waktu lama
3. Kebersihan Gigi yang Buruk
Salah satu penyebab batu amandel adalah bakteri. Apabila Anda tidak menjaga kesehatan dan kebersihan gigi dan mulut dengan baik, maka dapat memperbanyak jumlah bakteri jahat yang menjadi penyebab penyakit ini.
4. Masalah Sinusitis Kronis
Selain akibat kontak dengan bakteri dan virus, salah satu penyebabnya yakni masalah sinus kronis. Orang yang menderita sinus kronis rentan terkena batu amandel karena daya tahan tubuh yang menurun.
Baca Juga: 4 Cara Mengatasi Hidung Tersumbat pada Anak
Komplikasi Batu Amandel
Pembengkakan atau peradangan amandel akibat adanya batu pada amandel dalam kondisi kronis yang berkelanjutan dapat menyebabkan beberapa komplikasi, seperti:
1. Gangguan Pernapasan Saat Tidur (Apnea)
Gangguan apnea dapat disebabkan oleh pembesaran amandel hingga menyebabkan pernapasan normal saat tidur. Batu amandel yang kronis dapat menghambat jalur pernapasan dan sekitarnya, sehingga dapat memunculkan gangguan pernapasan saat tidur – bahkan memperparah, bagi orang yang memiliki bawaan apnea. Hal ini dapat terjadi pada anak-anak hingga dewasa. Guna menghentikan gangguan, disarankan pengangkatan amandel atau tonsilektomi.
2. Infeksi Telinga
Pembengkakan yang terjadi pada amandel, akan membuat jaringan lain ikut membengkak, termasuk jaringan adenoid (jaringan yang terletak di belakang hidung). Hal ini dapat menyumbat tuba Eustachius dan menyebabkan penumpukan tekanan di telinga sehingga memicu infeksi telinga tengah sekunder.
3. Abses Peritonsil
Infeksi yang terlalu lama akibat batu amandel dapat menyebabkan infeksi lainnya yang disebut selulitis tonsil. Dalam beberapa kasus, infeksi lanjutan dapat menyebabkan penumpukan nanah di sekitar amandel, yang disebut dengan abses pertonsil. Gejala yang mungkin muncul akibat abses peritonsil yakni sakit tenggorokan, demam hingga muncul gangguan pada rahang.
Baca Juga: Tipe Makanan untuk Penderita Disfagia (Susah Menelan)
Pertanyaan Umum Seputar Batu Amandel
Berikut kami rangkum beberapa pertanyaan yang umum muncul mengenai batu amandel.
Apakah Batu Amandel Berbahaya?
Penyakit ini termasuk tidak berbahaya dan dapat dicegah maupun diobati dengan beberapa obat yang mudah didapatkan, baik dengan resep dokter maupun membeli di apotek. Selain itu, penyakit ini dapat dicegah dan diobati dengan beberapa pengobatan tradisional secara mandiri. Namun, apabila gejala yang dirasakan sudah sering muncul dan mengganggu kegiatan, segera kunjungi fasilitas kesehatan terdekat untuk berkonsultasi dan mendapatkan tindakan pengobatan yang tepat.
Bagaimana Mengeluarkan Batu Amandel?
Anda dapat mencoba beberapa metode di bawah ini:
- Batuk. Beberapa kasus menunjukkan bahwa batuk yang kuat mampu melonggarkan batu dan mengeluarkannya.
- Berkumur. Berkumur kuat menggunakan air garam dapat membuat tenggorokan terasa lebih baik, serta dapat membantu mengeluarkan batu amandel hingga menghilangkan bau tak sedap akibat peradangannya. Berkumur dengan air garam juga dapat mencegah makanan dan kotoran lain tersangkut pada amandel.
- Menggunakan bantuan benda. Apabila kedua cara diatas tidak dapat membantu, Anda dapat menggunakan bantuan alat lain seperti cottonbud. Hal ini untuk mencegah iritasi atau luka akibat bergesekan dengan alat yang bertekstur kasar.
Kapan Perlu Operasi Amandel?
Tindakan bedah umum untuk pengangkatan amandel atau tonsilektomi dapat dilakukan untuk mengobati radang amandel kronis atau radang amandel berulang terutama yang disebabkan oleh bakteri yang tidak merespon pengobatan antibiotik.
Apabila Anda merasa mengalami beberapa gejala batu amandel, ada baiknya melakukan konsultasi dengan dokter atau tenaga medis ahli untuk mendapat saran pencegahan dan pengobatan tercepat. Anda dapat mengunjungi fasilitas medis terdekat ataupun menggunakan layanan konsultasi bersama homecare.
Kavacare merupakan homecare yang menyediakan layanan konsultasi kesehatan bersama dokter dan tenaga medis yang ahli di bidangnya. Kami siap membantu Anda untuk memberikan konsultasi serta tindakan pengobatan sesuai dengan kebutuhan. Anda dapat langsung berkonsultasi mengenai batu amandel dengan menghubungi kontak WhatsApp kami di 0811-1446-777.
Sumber:
- Tonsil Stones https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/21505-tonsil-stones diakses 31 Desember 2022
- Tonsilitis https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/tonsillitis/symptoms-causes/syc-20378479 diakses 31 Desember 2022
- Tonsil Stones Treatment: Home Remedies, Surgery https://www.everydayhealth.com/tonsil-stones/treatment/ diakses 31 Desember 2022
- Healthline https://www.healthline.com/health/dental-and-oral-health/tonsil-stones#bottom-line diakses 31 Desember 2022
- Everyday Health https://www.everydayhealth.com/tonsillitis/complications/ diakses 31 Desember 2022
- National Library of Medicine https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4529540/ diakses 1 Januari 2023