Nuclear medicine adalah pengobatan medis yang menggunakan bahan radioaktif untuk mendeteksi, mendiagnosis dan mengobati penyakit. Teknologi ini menggabungkan ilmu fisika, kimia, biologi, dan kedokteran untuk memberikan solusi kesehatan yang lebih akurat. Dengan menggunakan isotop radioaktif, nuclear medicine memungkinkan para dokter untuk mendapatkan gambaran rinci dari organ atau jaringan tubuh tertentu tanpa prosedur operasi. Ini menjadikannya salah satu teknologi penting dalam dunia medis modern.
Penggunaan isotop radioaktif dalam nuclear medicine memungkinkan pemeriksaan organ dalam tubuh dengan cara yang lebih efisien. Dilansir dari jurnal Society of Nuclear Medicine & Molecular Imaging, November 2024, metode ini berbeda dari teknik pencitraan konvensional karena memberikan wawasan lebih mendalam tentang aktivitas biologis di tingkat molekuler.
Bagaimana Cara Kerja Nuclear Medicine dalam Pengobatan Medis?
Nuclear medicine bekerja dengan memanfaatkan isotop radioaktif yang dimasukkan ke dalam tubuh pasien. Isotop ini akan menargetkan area tertentu dalam tubuh dan memancarkan sinyal radiasi yang kemudian di deteksi oleh peralatan khusus seperti PET (Positron Emmision Tomography) atau SPECT (Single Photon Emission Computed Tomography). Informasi ini digunakan untuk mendiagnosis atau merencanakan pengobatan. Selain itu, isotop radioaktif sering kali dirancang untuk menargetkan molekul atau sel tertentu, meningkatkan akurasi diagnosis.
Apa Keunggulan Nuclear Medicine dengan Metode Medis Lainnya?
Berbeda dengan pencitraan medis konvesional seperti sinar-X atau MRI, pengobatan medis ini tidak hanya memberikan gambaran struktur organ tetapi juga fungsi dan aktivitas biologisnya. Hal ini membuat nuclear medicine lebih unggul dalam mendiagnosis gangguan metabolik dan penyakit tertentu pada tahap awal. Misalnya, dengan teknik PET scan, dokter dapat mengidentifikasi area metabolisme abnormal yang sering kali tidak terdeteksi oleh pencitraan konvensional.
Selain itu, metode ini juga memiliki aplikasi luas dalam penelitian medis, membantu para ilmuwan memahami perkembangan penyakit dan mengevaluasi efektivitas terapi eksperimental.
Apa Saja Penyakit yang Bisa Menggunakan Terapi Nuclear Medicine?
Nuclear medicine digunakan untuk berbagai jenis penyakit, antara lain:
1. Kanker
Kanker tiroid melibatkan kelainan pada kelenjar tiroid yang dapat diatasi dengan terapi iodium radioaktif. Kanker prostat dan kanker tulang juga sering ditangani dengan terapi radionuklida yang secara spesifik menargetkan sel kanker.
2. Gangguan Jantung
Penyakit arteri koroner melibatkan penyumbatan aliran darah ke jantung yang dapat menyebabkan serangan jantung. Nuclear medicine membantu mendeteksi penyumbatan lebih awal melalui teknik pencitraan canggih.
3. Gangguan Neurologis
Alzheimer adalah penyakit progresif yang memengaruhi fungsi otak dan memori, sering kali sulit dideteksi pada tahap awal. Peran Nuclear Medicine dalam diagnosis Alzheimer sangat penting, karena memungkinkan identifikasi perubahan metabolik di otak sebelum gejala parah muncul. Parkinson adalah gangguan neurodegeneratif yang memengaruhi gerakan tubuh dan biasanya membutuhkan diagnosis khusus untuk memastikan penanganan yang tepat. Nuclear Medicine, melalui pencitraan seperti PET scan, membantu mengamati aktivitas otak yang abnormal untuk mendukung diagnosis dan perencanaan terapi.
4. Penyakit Tulang dan Sendi
Metastasis tulang menyebabkan rasa sakit yang signifikan dan memerlukan terapi khusus. Radang sendi di sisi lain, memerlukan pengobatan yang fokus pada peradangan dan perbaikan jaringan.
Selain itu, metode ini juga bermanfaat untuk mendeteksi infeksi, gangguan fungsi ginjal, dan memantau efektivitas pengobatan pada pasien dengan kondisi kronis.
Baca juga: 6 Inovasi Teknologi Radioterapi untuk Pengobatan Kanker
Bagaimana Terapi Nuclear Medicine Dilakukan?
Terapi Radionuklida untuk Kanker
Terapi radionuklida merupakan salah satu aplikasi utama dalam pengobatab medis ini, yang digunakan untuk mengobati berbagai jenis kanker. Terapi Radionuklida menggunakan isotop radioaktif yang ditargetkan langsung ke sel kanker. Contohnya, terapi menggunakan lutetium-177 untuk mengobati kanker prostat. Terapi ini efektif dalam menghancurkan sel kanker tanpa merusak jaringan sehat di sekitarnya. Proses ini melibatkan penyerapan isotop radioaktif oleh sel kanker, yang kemudian menyebabkan kerusakan pada DNA sel tersebut sehingga menghambat pertumbuhan dan penyebarannya.
Terapi Iodium Radioaktif untuk Penyakit Tiroid
Radioactive Iodine Therapy (RAI) adalah salah satu aplikasi paling umum dari nuclear medicine untuk mengobati hipertiroidisme dan kanker tiroid. Iodium radioaktif diambil oleh kelenjar tiroid, dimana kemudian menghancurkan jaringan abnormal tanpa memengaruhi bagian tubuh lainnya. Prosedur ini telah menjadi standar emas dalam pengobatan tiroid dan dianggap sangat efektif dengan efek samping minimal. Penggunaan nuclear medicine dalam terapi ini memberikan hasil yang presisi dengan risiko minimal bagi pasien. Radioactive lodine therapy (RAI) adalah salah satu aplikasi paling umum dari nuclear medicine untuk mengobati hipertiroidisme dan kanker tiroid. Iodium radioaktif diambil oleh kelenjar tiroid, di mana menghancurkan jaringan jaringan abnormal tanpa memengaruhi bagian tubuh lainnya. Prosedur ini telah menjadi standar emas dalam pengobatan tiroid dan dianggap sangat efektif dengan efek samping minimal.
Baca juga: Pengobatan Terapi Target dan Imunoterapi di Bangkok Hospital Wattanosoth
Teknologi dan Peralatan dalam Nuclear Medicine
Mesin PET dan SPECT
PET dan SPECT adalah alat utama dalam nuclear medicine. Mesin PET memanfaatkan radiasi positron untuk memberikan gambaran aktivitas metabolik tubuh, sedangkan SPECT menggunakan sinar gamma untuk memvisualisasikan aliran darah dan distribusi zat radioaktif. Kedua teknologi ini memberikan informasi penting untuk diagnosis dan pengobatan.
Teknologi terbaru memungkinkan kombinasi PET/CT atau SPECT/CT, yang mengintegrasikan data pencitraan fungsional dan anatomis, memberikan hasil yang lebih komprehensif. Dilansir dari Jurnal di John Hopkins Medicine, peralatan ini juga menjadi lebih canggih dengan kemampuan analisis berbasis kecerdasan buatan untuk meningkatkan akurasi diagnosis.
Apa Risiko dan Efek Samping Nuclear Medicine?
Meskipun pengobatan medis ini umumnya aman, terdapat risiko kecil efek samping seperti mual, reaksi alergi ringan, atau paparan radiasi minimal. Namun, manfaat yang ditawarkan biasanya jauh lebih besar dibandingkan risiko, terutama dalam pengobatan penyakit serius seperti kanker.
Risiko lainnya dapat mencakup reaksi lokal di tempat injeksi, ketidaknyamanan sementara, atau paparan radiasi dalam jumlah kecil. Paparan radiasi dari prosedur Nuclear Medicine memang menimbulkan potensi risiko, seperti kerusakan sel dalam kasus yang sangat jarang. Namun, dengan protokol keamanan yang ketat, termasuk penggunaan dosis radioaktif serendah mungkin dan pengawasan medis yang cermat, metode ini tetap aman dan sangat bermanfaat bagi pasien. Proses ini memastikan bahwa manfaat diagnosis atau pengobatan jauh melebihi potensi risikonya.
Dengan kemajuan teknologi, nuclear medicine terus berkembang menjadi solusi medis yang lebih presisi dan efektif. Perkembangan ini memberikan harapan baru bagi pasien dengan kondisi medis yang kompleks, membantu mereka mendapatkan diagnosis dan perawatan terbaik. Masa depan nuclear medicine juga menjanjikan inovasi lebih lanjut, termasuk terapi personalisasi berdasarkan genetika pasien.
Jika Anda membutuhkan terapi nuclear medicine, Kavacare dapat membantu Anda untuk membuat janji temu dengan dokter kanker terbaik di rumah sakit. Untuk informasi lebih lanjut, hubungi Kavacare Support di nomor WhatsApp 0811 1446 777.
Sumber:
- The Role of a Manager During a Nuclear Medicine Shortage – Society of Nuclear Medicine & Molecular Imaging. https://snmmi.org/Web/News/Articles/Uptake–The-Role-of-a-Manager-During-a-Nuclear-Medicine-Shortage. Diakses pada 24 Desember 2024.
- What is Nuclear Medicine? – Johns Hopkhins Medicine. https://www.hopkinsmedicine.org/health/treatment-tests-and-therapies/nuclear-medicine. Diakses pada 24 Desember 2024.
- Radioisotopes in Medicine – World Nuclear Association. https://world-nuclear.org/information-library/non-power-nuclear-applications/radioisotopes-research/radioisotopes-in-medicine. Diakses pada 24 Desember 2024.
- Carcinoid Tumors – Mayo Clinic. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/carcinoid-tumors/symptoms-causes/syc-20351039. Diakses pada 24 Desember 2024.